18 March 2020

There always a bright side in goodbye

Setelah 3 tahun ga tulis sama sekali. Gue kembali...

Kali ini bersama cerita patah hati diri sendiri yang sebenernya kalo gue mulai tulis menjadi cerpen mungkin akan bener-bener jadi cerpen true story yang bagus. Tetapi untuk menjaga dan menjaga, gue tetap posting disini saja hasil dari patah hatinya.

So, here it is, there always a bright side in goodbye

--------------------------------------------------------

Awalnya gue kira patah hati, patah cinta, atau apapun yang berawal dari kehilangan akan menjadi sesuatu yang sangat menyakitkan, nggak ada sisi baiknya dari segi apapun, dan lain-lain. Karena gue belum pernah kehilangan, atau pernah tapi nggak gue sadari, gue pernah meninggalkan dan melihat air mata itu menyakitkan jadi setelah itu gue nggak mau meninggalkan lagi.

Sampai akhirnya awal tahun ini gue kehilangan setengah dari mimpi gue bersama dia. Gue hampir kehilangan semuanya, termasuk harga diri dan impian gue. Sebulan pertama, bener-bener menyedihkan sampai gue rasa nggak ada hal baik dari perpisahan. Dan seperti kebanyakan perpisahan, pasti ada salah satu sisi yang mau memenangkan perpisahan, sebaik apapun berpisahnya. Saat gue berusaha untuk memenangkan perpisahan ini, disitu gue bertemu dengan orang yang bener-bener ngebuka mata dan kepala gue.

Nggak banyak yang dia bilang, dia cuma cerita pas dia berpisah bagaimana, sampai akhirnya dia sadar ada utang yang harus dibayar. Misalnya, pulang ke rumah, ketemu teman yang nggak sempat ketemu karena sibuk berdua dan lain-lain, dan gue setuju sama dia dan gue ngelakuin itu. Percaya atau nggak, life is a lot easier than you think. Gue mulai bebenah masalah gue satu-satu salah satunya kepercayaan, yang bakal gue bahas di post yang lain 😉. Ini adalah bulan kedua sejak gue putus dan hampir seluruh masalah gue yang selama ini gue pendem dan gue bagi emosinya sama dia, sudah mau kelar semua.

Sendiri, sudah lama gue nggak sendiri sampai gue lupa rasanya sendiri karena gue senang ditemenin dia. Lalu, sekarang sendiri lagi, hal yang paling berat buat gue adalah finding all the fun that used to be fun before I'm with her. Setelah sekian lama berdua, bohong kalo nggak ada bagian dari diri lo yang berubah karena dia, dan dia berubah karena lo. Gue mulai ngurangin main game, berhenti ngerokok dan pindah ke vape, terbiasa mandi sore, and so on and so on. Gue sampai hampir lupa cara main game...

That's a brief example of bad side and good side of goodbye.

Sekarang gue bakal fokus ke the good sidenya.


1. Introspeksi diri.

Saat lo berdua, introspeksi diri lo bias, terkadang lo denial atau melakukan pembenaran untuk sesuatu yang sebenarnya lo salah tapi lo lempar ke pasangan lo karena itu lebih mudah, lebih enak, dan nggak memusingkan.

Tetapi saat lo sendiri, lo bisa liat diri lo sendiri dari berbagai macam perspektif. Untuk gue, gue mengakui kesalahan kalo gue pun buat salah di hubungan sebelumnya, dan menjadikan itu pelajaran untuk hubungan selanjutnya atau kalo misalnya balikan. Kok bisa?

Ini bukan terobosan psikologi tetapi sebuah teori dari gue. Saat lo diputusin, lo kehilangan harga diri dan kepercayaan diri lo hampir setengahnya, bahkan saat lo mutusin pasangan lo pun begitu. Ini adalah masa-masa rentan lo, tetapi menjadi waktu terbaik untuk tahu siapa diri lo sebenarnya.

Gue pun ngelakuin itu, gue sadar kalau banyak hal-hal buruk yang gue lakuin, yang mungkin akan berbekas di benaknya daripada hal-hal baik. Seperti pepatah berkata, karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Banyak hal yang gue pelajari dalam 2 bulan terakhir ini daripada 3 tahun bersama, karena kuncinya 1, gue mau belajar tentang diri gue sendiri dan berdamai dengan diri sendiri.

Berdamai dengan diri sendiri bukan berarti berhenti menyalahkan diri sendiri. Apalagi lo tahu kesalahan-kesalahan lo. Sangat-sangat wajar kalo lo mulai menyalahkan diri lo akan semua yang terjadi termasuk perpisahan, tetapi bukan disitu kuncinya. Berdamai dengan diri sendiri adalah saat lo terima kesalahan lo dan lo mulai memperbaikinya atau kalau misalnya itu sudah kelewat rusak, bagaimana lo lewatin kerusakan tersebut. Dalam prosesnya, pasti ada self-blaming, kekecewaan, dan lain-lain, tapi itulah kita, manusia.

2. Melihat hal baru

Saat lo berpasangan, terus lo dinas keluar kota, apa yang pertama di benak lo?

Kalau yang pertama adalah "Gue bawain dia apa ya?". That's perfectly normal!

Tapi ada banyak hal yang bisa lo liat sebenernya saat lo sendiri dan berhenti sejenak mikirin pasangan lo. Ini nggak harus berpisah sih tapi ya sejenak saja lo berhenti berpikir tentang dia dan mulai melihat sekitar.

Ini hal paling baru yang gue pelajarin sih. Kerjaan gue membawa gue keliling Indonesia, naikin Miles tier gue hampir Platinum sekarang, dan melihat hal baru. Tapi saat gue masih sama dia, fokus yang gue lihat adalah "Anjir, coba gue ajak dia kesini" lalu take a snap and send to her, atau saat mencoba makanan baru misalnya gue bakal mulai foto dan berkata "Kamu harus coba!". Manusiawi, tapi saat gue sendiri gue baru melihat kalau dunia itu kadang terlalu indah untuk diabadikan dalam foto, seakan lo mau makan itu dengan mata lo saja lalu live the moment just like that.

Saat lo sejenak berhenti berpikir tentang dia dan mulai melihat sekitar, lo juga mulai sadar akan detil-detil kecil yang menurut lo sepele tapi ternyata penting. S/he's not the only one who cares about you.  Hal ini gue sadari saat gue mau pergi dinas keluar kota dan gue super sibuk dengan kerjaan yang akan gue tinggal pas gue dinas. Biasanya, gue akan take in charge masalah hotel, check-in pesawat, duduk dimana dan lain-lain, tapi hari itu bos gue yang ambil alih, bahkan dia tahu tempat duduk favorit gue kalau di pesawat. Detil kecil tapi penting dan berentet kepada banyak perhatian-perhatian kecil dari sahabat, teman, kolega, sampai kenalan tentang gue.

Then you want to live to the fullest. Only to the fullest.

3. Terbuka untuk hal baru

Setelah melihat dan menyadari, lalu apa? Terbuka.

Gue nggak merasa gini sih, tapi ini common things to the millenials couple teman-teman gue. Lo terkungkung sama suatu restriksi karena pasangan lo nggak mau melakukan hal tersebut.

Ambil contoh, lo adalah perempuan dan penasaran mau coba bungee jumping, tapi pasangan lo nggak mau. Biasanya lo bakal mulai mengurung rasa penasaran lo dan mencoba lain kali kalau ada temannya. After break-up, just go and jump the cliff!

Tentunya terbuka untuk hal baru adalah untuk hal-hal baik ya. Misalnya, ngetrail di Gunung Bromo (one of my missed list this year), solo-traveling ke Singapore, atau bahkan Umroh/Perjalanan Keagamaan yang sebelumnya tidak terpikirkan oleh lo karena lo fokus sama pasangan lo. Kalau lo sebelumnya belum pernah nyentuh alkohol, ya jangan. Kalau lo sebelumnya belum pernah ngeseks diluar nikah, ya jangan. Keep open to positive things!

4. Menemukan hidup kembali

Ini hanya valid untuk orang-orang disekitar quarter-life crisis, 20-28 tahun lah, atau 30 tahun kalau memang lo belom nikah sampai umur segitu. Berapa lama lo berpasangan? Seberapa kuat komitmennya? Dari SMA? Dari Kuliah? Apa saja yang sudah lo lalui?

Lo lupa akan diri lo, karena lo sudah merasa lama dengan dia dan akhirnya lo lupa siapa diri lo.

Ini adalah the trickiest part, the worst part, but also the best part of a good bye. Menemukan hidup kembali.

Kenapa tricky? Good bye is always hard, some people doesn't see good bye as the end but only temporary and some others see it as the end. Saat lo berpisah, pasti ada pihak yang merasakan ini hanya temporary dan ada juga yang melihat ini sebagai akhir, walaupun ada juga yang sama-sama melihatnya sebagai akhir, tetapi nantinya kan akan memang menjadi akhir? The tricky part untuk orang yang melihat ini hanya perpisahan sementara, lo nggak memulai menemukan hidup lo, tetapi lo malah mencoba menjadi orang yang dia inginkan which is bad. Untuk orang yang melihat ini menjadi akhir, lo mungkin akan mencoba mencari orang baru yang 180 derajat terbalik dari pasangan sebelumnya dan berakhir berputar 360 derajat which is bad.

Kenapa nggak memulai melihat diri lo sendiri? Apa sih yang sebenernya lo inginkan? Apa yang bikin lo senang? Apa yang spark joy saat lo lihat atau lakukan?

And here it comes, the worst part. Berpisah nggak pernah mudah, gue yakinkan hal ini berlaku untuk siapapun. Lo pasti kesulitan menemukan apa sebenarnya diri lo? Apa yang lo mau? Apa yang menyenangkan buat lo? Karena mungkin lo masih terpaku dengannya dan yang terburuk, hanya waktu yang bisa jawab ini. Memang butuh kemampuan mental yang besar untuk bangun dan mulai melihat, 3 sisi terang sebelumnya, akan membantu lo dalam melihat kembali tentang diri lo.

Dan hasil terbaiknya adalah, lo menemukan versi terbaik dari diri lo. Full of conscience, you know what you are, you know what to do, and you will do it earnestly!

--------------------------------------------------------

Tulisan ini dibuat atas pengalaman gue sendiri. Gue bahkan belum selesai dengan point nomor 4, tapi gue lagi melakukan itu. Life is too short for grieving, so start to be more grateful of what happens in life and doing all the things earnestly. Gue nggak merasa kembali mengirimkan pesan ke mantan adalah sesuatu hal yang buruk akhirnya, karena mau nggak mau, mereka adalah teman terbaik lo selama lo berpasangan (kecuali kalo lo berpasangan nggak sungguh-sungguh, tentu saja).

Seperti yang gue tulis diatas, mungkin sebagian dari mereka sudah jadi bagian dari lo, begitupun juga mereka, sebagian dari lo sudah menjadi bagian dari mereka. Pilih dan buang yang buruk dan terima yang baik, berdamai dengan diri sendiri dan tatap ke depan untuk sesuatu yang lebih baik. Kalaupun lo merasa saat ini mereka yang terbaik dan yang lo butuhkan, tenang saja, itu manusiawi kok, gue juga begitu. Manusia adalah manifestasi ego, dan ego harus dipuaskan. Maka puaskanlah, sampai lo bilang cukup adalah cukup, tetapi jangan sibuk memuaskan sampai lupa melangkah, kenapa nggak melangkah sambil memuaskan?

Orang datang dan pergi dalam hidup, beberapa dalam keadaan baik, beberapa dalam keadaan buruk. Bersedihlah lalu bangkit. Akan selalu ada orang baru di depan yang mungkin membawa kebaikan atau juga keburukan, jangan sampai kesedihan lo mengaburkan lo.

This too, shall pass

1 comment: